Perjalanan Cintaku
Ibu,
Jika rahimmu adalah pertapaan cinta
Sungguh aku nikmati masa penantian itu…
Untuk merekah, memuai sesuai titikku..
Untuk kusongsong perjalanan dunia…
Dan…
jika buaianmu adalah ladang aku mengenal cinta
ijinkan kureguk manisnya…
untuk bekalku dalam perjalanan dunia yang konon kejam dan melelahkan…
Ibu,
jika pangkuanmu adalah sandaran cinta
Ijinkan aku bermasyuk manja disana…
Dalam hangatnya peluk dan damainya rengkuhan
Pun,
Jika dunia adalah padang untuk mencari Cinta
Sungguh engkaulah oase bagiku
Untuk sejenak berhenti untuk menghela energi
Dan melanjutkan pencarian
Dalam ruang yang tak berujung dan tak berbatas.
dan Ibu,
jika akhirat adalah pertemuan Cinta,
dan ditelapak kakimu bersemayam surga,
dalam haribaan Cintamu aku ingin melebur
Karena sungguh yang kurindu bukan jasad yang melekat,
Namun karena kasih sayang dan Cinta
Yang sesungguhnya pancaran Asmau’ul Husna
18 Juli 2007
Yang semoga mampu jadi pelipur rindu di hampir tujuh tahun wafatnya ibu tercinta….
Juli 28, 2007 at 4:38 am
Indah teuing…. Setelah Bapak pergi, kini aku cuma punya Ibu, yg tinggal bersamaku dan keluarga. Kadang sebelum meninggalkan rumah, aku nyium kakinya, tindakan yg ngga pernah diizinkannya, tp karena udah ngga bisa ngeliat, akhirnya dia nyerah jg.
Dalam tradisi Batak kuno, ibu disebut sebagai Debata Hasurungan, atau “Tuhan” eksklusif bagi setiap orang.
Agustus 1, 2007 at 1:51 am
makasih Bang, wah kebalik dunk sama aku…ibu sudah tujuh tahun yg lalu tenang bersamaNya Insyaallah, sementara Abah Alhamdulillah sehat selalu…di Tulungagung…ah jadi rindu pada keduanya
Oktober 3, 2007 at 4:23 am
Njenengan,
pintar juga berpuisi, jadi ngiri.
dari dulu saya ingin bisa puisi tapi nggak bisa-bisa.
Sipp. ini tambah ku ingin pulang.