Archive for the ‘keluarga’ Category


Malam itu barangkali menjadi puncak kewarasan saya sebagai seorang Ibu. Setelah hampir 2 bulan harus dijejali dengan laporan perkembangan anaknya yang ‘tidak baik’. Lanjut Baca »


Cerita pagi ini diawali dari kejadian kemaren. Dan kejadian kemaren adalah hasil dari akumulasi banyak hal. Pertama jam kerja saya yang maju 30 menit lebih pagi, sementara anak-anak malah dimundurkan 30 menit. Jadilah jadawal kami tak sinkron. Saya harus berangkat lebih pagi. Parahnya lagi Suami juga sedang tugas keluar kota, lengkap sudah. Lanjut Baca »


Terlihat seorang bocah memakai rompi biru tua seragam sekolahnya dengan dua peniti besar untuk mengancingkannya, dan simak percakapan mereka : Lanjut Baca »


Sebenarnya hubungan kami kalau dibilang dekat, sangat tidak. Jauhhh malah. Juarangg sekali ketemu, kalaupun ketemu ngobrolnya juga tidak sampai pada hal-hal detil. Tapi entahlah, tugas hati memang untuk memilih. Dan hati saya mencintainya sejak dulu. Entah dia tahu atau tidak, bagiku itu tak perlu. Lanjut Baca »


Rasanya baru kemaren momen itu berlalu, dan ternyata itu sudah 6 tahun. Momen dimana saya berjuang hidup dan mati, benar-benar hidup mati seperti tulisan saya tentang kelahirannya,

Klimaks  kesakitan ini terasa saat ada sesuatu yang pecah dan membasahi bajuku, sepertinya ketubannya mulai pecah. Sakit yang luar biasa ini seolah tak berjeda. Masih terus menghantui antara hidup dan matiku. Benar-benar antara hidup dan mati karena rasanya hiduppun saya tidak dengan kesadaran sepenuhnya, sehingga matipun sepertinya memang sangat dekat walaupun kesadaran saya masih ada.”

Sebuah momen istimewa dimana hari ini enam tahun yang lalu saya tengah berhadapan dengan hidup dan mati untuk melahirkannya, Gautama Hutsuroyya. Lanjut Baca »


Tulisan lama yang sayang untuk dilewatkan….(lupa blm diposting) 🙂

Saat itu ada even Kejuaraan Futsal di sekolah Mas Gangga, anak pertamaku. Dengan mata berbinar-binar dan antusiasme tinggi dia menceritakan detil kejuaraan yang akan diikutinya itu. Ternyata tidak semua siswa bisa ikut, karena tim dipilih dari Guru Pembina Olahraga. Dan dengan bangganya dia cerita kalau dipilih menjadi Kiper di salah satu Tim Junior yang akan bertanding. Lanjut Baca »


Sore itu sepulang kerja, saya sudah siap memarahinya. Karena dia tak mengindahkan aturan kami selama ini, yaitu berganti baju seragam sekolah sepulang. Kebiasaan buruknya sepulang sekolah tanpa berganti baju langsung main, kadang main sepeda, kadang main bola ato kadang nonton TV bahkan sampe tertidur tanpa berganti baju. Kalau disuruh ganti atau langsung mandi karena sudah sore jawabnya selalu “nanti”. “Waktuku kalau sore itu sedikit Bunda, jadi harus cepet-cepet main kalau nggak pengen waktu Maghrib datang!” alasannya setiap waktu. Lanjut Baca »


Mungkin karena perkembangan teknologi yang terus melesat, membuat anak-anak jaman sekarang cara berpikirnya juga rada-rada melesat gituh J

Lanjut Baca »


Dulu saat saya masih kecil sering dibuat takjub dengan keajaiban yang diciptakan ibu saya (almarhumah). Banyak hal-hal yang kurang bisa dinalar bisa terjadi, yah semacam miracle gitu. Lanjut Baca »


Punya dua anak yang sedang belajar puasa, ternyata banyak menginspirasi saya, njajal kasekten saya dibidang kesabaran dan ketegasan. Dimana sabar harus diletakkan, dimana tegas harus ditegakkan. *uhuks-uhuks…

Lanjut Baca »